Selasa, 16 Desember 2014
FADEC system
Mengenal FADEC system
FADEC (Full Authority Digital Engine Control) adalah sebuah system yang mengontrol secara menyeluruh operasional engine dalam merespon perintah (command inputs) dari pesawat (cockpit). Dan juga memberikan informasi ke pesawat ( flight deck indication) termasuk informasi kondisi engine.
Fungsi lain ;
• Dapat mengontrol bahan bakar , N1 dan N2.
• Mengontrol parameter engine selama proses ‘Starting Engine ‘dan mencegah engine dari Hi EGT yang melebihi batas (Limits) Maximum yang diperbolehkan .
• Mengatur Thrust berdasarkan 2 mode: manual dan autothrust.
• Mengoptimalkan operasional engine dengan mengontrol aliran udara compressor dan turbine clearances.
• Mengontrol 2 ‘thrust lever interlock selenoids’
Engine termodern sa’at ini umumnya sudah menggunakan FADEC system, untuk membahas lebih rinci lagi kita ambil contoh FADEC system pada engine CFM56 – 7B .
FADEC system terdiri dari:
• Electronic Engine Control (EEC), yang berisi dua komputer yang identik, yaitu channel A dan
channel B.
EEC berfungsi untuk mengontrol ,menghitung dan monitoring kondisi engine secara elektronik .
• Hydro-Mechanical Unit (HMU), yang mengubah sinyal listrik dari EEC menjadi tekanan hidrolik untuk menggerakan valves dan actuators engine.
• Komponent pendukung lainnya seperti valves, actuators dan sensors yang digunakan untuk control dan monitoring.
Dual-channel
sistem FADEC adalah suatu alat tes terpadu (Bite). Ini dapat melakukan tes sendiri dan mendeteksi kesalahan/kelainan internal dan juga eksternal. Hal ini dibangun atau di design dengan dua saluran/channel . Semua control inputs adalah ganda/dual . Valves dan actuators dilengkapi dengan dua sensor untuk menyediakan EEC dengan feedback signals. Beberapa indikasi parameter di-share dan semua parameter monitoring adalah tunggal/single.
CCDL
Untuk meningkatkan kehandalan sistem, semua entri dari satu channel dibuat available untuk yang lain, melalui CCDL(Cross Channel Data Link). Hal ini memungkinkan dua channel untuk tetap beroperasi bahkan jika salah satu dari kedua channel tersebut fail.
Aktif / Stanby
kedua saluran/channel, A dan B adalah identik dan permanen operasional, tetapi mereka beroperasi secara independen satu sama lain. Kedua channel selalu menerima inputs dan memprosesnya, tetapi hanya satu channel yang mengontrol yang disebut active channel, mengirimkan output commands. Dan yang lain disebut Stanby-channel.
Channel selection and fault strategy
Aktif dan standby channel dilakukan pada EEC power-Up dan selama operasi. Sistem BITE mendeteksi dan mengisolasi kegagalan, atau kombinasi dari kegagalan, untuk menentukan ‘health status’ dari channel dan mengirimkan maintenance data ke pesawat. Aktive dan stanby channel berdasarkan perhitungan dari kedua health status-nya. Channel yg terbaik/healthiest dipilih sebagai Channel aktif. Ketika dua saluran/channel memiliki status yang sama (equal health status), aktif atau stand by dipilih pada setiap engine start, jika N2 lebih besar dari 10.990 rpm sa'at running sebelumnya.
failsafe control
Jika active channel Fail dan tidak dapat memberikan fungsi kontrol engine, fungsi ini akan pindah ke posisi yang melindungi engine dan dikenal sebagai failsafe position.
Untuk mengontrol berbagai engine system , EEC menggunakan proses yang disebut ‘closed loop control’. Command
EEC kemudian membandingkan Command dengan posisi aktual dari komponen (umpan balik) dan menghitung perbedaan posisi:
Demand
EEC, melalui Electro-Hydraulic Servo Valve (EHSV) dari HMU, mengirimkan sinyal ke komponen (katup, aktuator) yang menyebabkan bergerak. Dengan gerakan system valve atau actuator, EEC memberikan umpan balik dari posisi komponen. Proses ini diulang sampai tidak ada lagi perbedaan posisi.
Kecuali untuk monitoring sensor ( single ), semua sensor adalah ganda/dual atau share. Untuk membuat semua perhitungan, masing-masing channel menerima:
- local value
cross channel value, through the Cross Channel Data Link (CCDL)
Kedua value ‘Pass’ melalui validation test program di setiap EEC channel. Maka value yang tepat untuk digunakan adalah dipilih berdasarkan validitas dari parameter. Meliputi ;
- average of both values
- local value
- cross channel value
Dalam kasus kegagalan beberapa sensor, model value, dihitung dari parameter lain yang tersedia/selected . Ini adalah kasus untuk parameter seperti: T25 N1, N2, PS3,, T3, FMV, VBV, VSV dan umpan balik posisi. Untuk parameter lainnya, jika EEC tidak dapat memilih nilai yang valid, failsafe value yang dipilih. Sebuah parameter yang hilang tidak memberikan perubahan channel sepanjang CCDL beroperasi.
sumber:http://airframeandpowerplant.blogspot.com/2013/01/fadec-system.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar